Pegunungan Alpen

Pegunungan Alpen (Inggris: Alps; Jerman: Alpen; Perancis: Alpes; Italia: Alpi; Slovenia: Alpe) adalah nama pegunungan besar di Eropa yang membentang dari Austria dan Slovenia di timur, melalui Italia, Swiss, Liechtenstein, dan Jerman, sampai ke Perancis di barat. Namanya mungkin berasal dari bahasa Latin albus (putih) atau altus (tinggi). Gunung tertinggi di Alpen adalah Mont Blanc dengan ketinggian 4.808 m di perbatasan Perancis-Italia.



Geografi
Pegunungan ini biasanya dibagi menjadi Alpen Barat dan Alpen Timur. Pembahagian ini adalah sepanjang garisan di antara Danau Constance dan Danau Como melalui Sungai Rhine, Liro dan Mera. Peguntngan Alpen Barat lebih tinggi, tetapi rangkaian pergunungannya lebih pendek dan berliku; terletak di Italia, Perancis, dan Swiss. Alpe Timur juga memiliki rangkaian pegunungan yang lebar dan memanjang, yang terletak di Austria, Jerman, Italia, Liechtenstein, Slovenia, dan Swiss. Puncak tertinggi di Alpen Barat adalah Gunung Blanc dengan ketinggian 4.808 m (15,774 kaki). Puncak tertinggi di Alpen Timur ialah Piz Bernina pada ketinggian 4.049 m (13,284 kaki). Dufourspitze, 4.634 m (15,203 kaki) dan Ortler, 3.905 m (12,812 kaki).
Alpen Timur biasanya dibagi berdasarkan pembentukan batuan (litologi) yang berbeda-beda yaitu:
Alpen Batu Kapur Utara (dari Wienerwald hingga ke Bregenzwald), termasuk Flyschzone; ketinggiannya mencapai 3.000 m (9,840 kaki).
Alpen Timur Bagian Tengah (Austria dan Switzerland); ketinggiannya mencapai 4.050 m.
Alpen Batu Kapur Selatan.
Semtara antara pergunungan Alpen tengah dan pergunungan Alpen Limestone selatan adalah Kelim Periadriatic. Pergunungan Alpen Limestone utara dipisahkan dari pergunungan Alpen timur tengah oleh Zon Graiwak.
Alpen Barat biasa dibagi menurut geografinya:
Alpen Liguria
Alpen Maritim
Alpen Cott
Alpen Dauphiné
Alpen Grées
Alpen Valais
Alpen Bern
Alpen Lepontin
Alpen Glarus
Alpen Appenzell
Pembagian dari sudut geologi berbeda dari segi geografi dan tidak membedakan bagian timur dan barat pegunungan ini. Secara umum, pakar geologi membagi Alpen menjadi tiga wilayah geologi yaitu Helveticum di utara, Penninicum dan pegunungan Austro-Alpen di bagian tengah apabila pegunungan Alpen Selatan di bagian selatan dan sebagian dari Alpen Dinari (yang membentang hingga ke Semenanjung Balkan). Pergunungan Jura dari sudut geologi tergolong di dalam pegunungan Alpen namun tidak dari sudut geografi.



source; wikipedia
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Himalaya

Himalaya adalah sebuah barisan pegunungan di Asia, yang memisahkan anak benua India dari Dataran Tibet. Himalaya merupakan tempat di mana gunung-gunung tertinggi di dunia, misalnya Gunung Everest dan Kanchenjunga, berada. Secara etimologi, Himalaya berarti "tempat kediaman salju" dalam bahasa Sansekerta (dari hima "salju", dan aalaya "tempat kediaman").

Himalaya memanjang sepanjang lima negara; Pakistan, India, China, Bhutan dan Nepal. Ia adalah sumber dua sistem sungai besar dunia; Sungai Indus dan Sungai Ganga-Brahmaputra. Sekitar 750 juta orang tinggal di daerah sekitar aliran air dari Himalaya, yang termasuk Bangladesh. 

Pemandangan Himalaya dan Gunung Everest.


Letak Geografis
Barisan Himalaya mempunyai panjang sekitar 2400 km, dari Nanga Parbat di barat hingga Namche Barwa di timur. Lebarnya bervariasi antara 250-300 km. Himalaya terdiri dari tiga barisan paralel, diatur menurut ketinggian dan usia secara geologis.


Rute Untuk Menuju Pegunungan Himalaya
Gangtok di Sikkim ke Lhasa di Tibet melalui Celah Nathula dan Celah Jelepla (salah satu daerah Jalur Sutra).
Bhadgaon di Nepal ke Nyalam di Tibet.
Rohtang Pass di Himachal Pradesh, India
Jalan dari Srinagar di Kashmir melalui Leh ke Tibet sekarang jarang digunakan karena masalah di wilayah tersebut.

Puncak-puncak penting;
Everest 8.850
Dapsang 8.611
Kanchenjunga 8.586
Lhotse 8.501
Makalu 8.462
Cho Oyu 8.201
Dhaulagiri 8.167
Manaslu 8.163
Nanga Parbat 8.126
Annapurna 8.091
Gasherbrum I 8.068
Broad Peak 8.047
Gasherbrum II 8.035
Shishapangma 8.027
Gyachung Kang 7.922
Nanda Devi 7.817
Kabru 7.338
Pumori 7.161

source; wikipedia
Baca lebih lanjut »

Pendakian Puncak Mahameru

Puncak Mahameru dilihat dari Jalur Ayak ayak


Mbah Google, sing mbaurekso Gunung Semeru


Suasana Ranu gumbolo


Oro-oro ombo


Suasana di Kalimati


Pos Kalimati


Puncak Mahameru (3676m dpl)


Suasana puncak Mahameru


Anda Tertarik untuk mendaki Puncak Langit Pulau Jawa (Mahameru) 
silahkan intip 
Selamat Berpetualang...
Baca lebih lanjut »

Pendakian Gunung Rinjani

 Sunrise di Pantai Senggigi


 Pos ijin pendakian jalur Sembalun Lawang


 Mejeng di Batujajar


 Plawangan Sembalun


 Puncak Rinjani


 Puncak Rinjani


 Segoro anak dilihat dari Puncak Rinjani


 Segoro Anak dan Gunung Baru


 Segoro anak dilihat dari Senaru


 Suasana senja di Segoro Anak


 Mancing Mania di Segoro Anak


 Santai dalam perjalanan ke Plawangan Senaru, Background Segoro Anak


 Pantai Senggigi, Lombok


Sunset di pantai Senggigi

Anda tertarik mendaki Gunung Rinjani 
silahkan intip info pendakian Gunung rinjani 
Baca lebih lanjut »

Static Rope

Static Rope biasa dipergunakan untuk vertical caving, repelling, . Yaitu jenis tali yang memiliki angka kemuluran (elongasi) yang rendah.

PERINGATAN; Tipe tali yang dipergunakan untuk SRT tidak didesain untuk mengakomodasi gaya yang dihasilkan oleh jatuhan yang parah, dan TIDAK BOLEH dipergunakan untuk rock climbing. Tali SRT, dibandingkan tali pemanjatan memiliki regangan yang kecil dan memiliki ketahanan abrasi yang lebih besar. Hal ini berhubungan dengan apa yang disebut dengan elongasi. Apa itu elongasi?

Sedangkan syarat kekuatan tali yang dipergunakan untuk vertical caving, minimal adalah= 20x(diameter)2.
Jadi untuk tali berukuran 10 mm, harus memiliki kekuatan minimal:

= 20x(diameter)2
= 20x(10)2
= 2.000 kg



Detail tali kernmantel adalah sebagai berikut:




Berikut ini adalah beberapa produsen tali yang menyediakan tali statik:
  1. Blue water
  2. Mammut
  3. Beal
  4. PMI
  5. Edelrid 

Elongasi Tali
Apakah istilah "elongasi" untuk tali pemanjatan membuat anda bingung? Ya, anda tidak sendiri dan mungkin ada yang lebih buruk.

Edisi revisi UIAA 101 yang akan datang - Mountaineering and Climbing Equipment - Tali dinamik (Dynamic Ropes) mungkin tidak lagi diukur elongasi secara statis, melainkan secara dinamis.

Standar yang sekarang: tali diberi beban (tanpa hentakan) dengan berat 80-kg selama 3 menit. Kemudian, beban dihilangkan dan tali dibiarkan kembali selama 10 menit. Berikutnya, tali dibebani (tanpa hentakan) dengan beban referensi 5 kg tiap 1 menit. Pada saat ini, tali diberi 2 tanda ditempatkan dengan jarak 1 meter. Akhirnya, tali diberi lagi beban (tanpa hentakan) sebesar 80-kg selama satu menit dan jarak "baru" antar tanda tersebut diukur.

Prosentase perbedaan antar dua tanda dihitung untuk menentukan "elongasi statis" tali. Tali tunggal tidak akan lebih 8% (untaian tunggal), tali setengah tidak akan lebih dari 10% (untaian tunggal) dan tali kembar tidak akan lebih dari 8% (untaian ganda).

Jika hal ini diaplikasikan terhadap situasi pemanjatan, sebagai contoh: pemanjat dengan pitch yang sedikit dan membeli tali dengan elongasi statis 7,5%. Kemudian mereka pergi ke daerah top-rope, dengan ketinggian 55 kaki dari tanah ke anchor dan membelay dari dasar tebing. Saat seseorang memanjat 10 kaki, ada sekitar 100 kaki tali yang terpakai. Pemanjat kemudian capek dan membebani tali. Karena tali memiliki elongasi 7,5% dan ada 100 kaki tali yang terpakai, pemanjat turun 7,5 kaki dan hampir menyentuh tanah. Namun jika pemanjat jatuh 10 kaki apa yang akan terjadi? Tali akan terbeban secara dinamis. Karena elongasi dinamis dapat mencapai 40% tergantung pada jarak jatuh dan beban pemanjat, maka pemanjat kemungkinan besar akan menghantam tanah dari ketinggian 10 kaki. UIAA mengambil langkah untuk membahas hal ini di versi UIAA 101 yang akan datang.

Standard UIAA yang baru, yang mana masih dalam proposal dan berupa tingkat pengujian, kemungkinan besar akan mengukur elongasi dinamik pada jatuhan pertama pada pengujian jatuhan. Pengujian ini akan menunjukkan elongasi dinamik pada tali tunggal dengan beban 80-kg dijatuhkan kira-kira dengan fall factor 1,7. Standar UIAA yang direvisi mengharap bahwa elongasi dinamik yang diwajibkan adalah kurang dari 40%. Hal ini membuat pegawai toko dan pemanjat untuk menggunakan elongasi dinamik yang dipublikasikan sebagaimana penggunaannya ke situasi pemanjatan nyata. Pada bulan Desember tahun 2000, dua tali Sterling diuji di APAVE Lyon, Perancis untuk sertifikasi UIAA dan CE tahunan. Tali dinamik 10,2 mm dan 9,5mm keduanya mendapatkan persetujuan EN 892:1997 dan UIAA 101. Pengujian juga melaporkan elongasi dinamik pada tiga jatuhan pertama sebagai berikut:

elongasi dinamis 10.2mm

jatuhan 1 = 30.2% (<40%) --> Memenuhi syarat
jatuhan 2 = 30.0% (<40%) --> Memenuhi syarat
jatuhan 3 = 30.2% (<40%) --> Memenuhi syarat

elongasi dinamis 9,5mm
jatuhan 1 = 30.0% (<40%) --> Memenuhi syarat
jatuhan 2 = 31.0% (<40%) --> Memenuhi syarat
jatuhan 3 = 30.4% (<40%) --> Memenuhi syarat
Baca lebih lanjut »

Gunung Ijen

Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936). Untuk mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Bondowoso ataupun dari Banyuwangi.

Rute Pendakian
Untuk mencapai gunung Ijen dari Banyuwangi, bisa naik angkot trayek Banyuwangi - Licin - Jambu. Dari Jambu perjalanan dilanjutkan menuju Paltuding dengan ojek atau menumpang mobil pengangkut sayur. Pintu gerbang utama ke Cagar Alam Taman Wisata Kawah Ijen terletak di Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Alternatif rute adalah Bondowoso - Wonosari - Tapen - Sempol - Paltuding. Fasilitas lain yang dapat dinikmati oleh pengunjung antara lain pondok wisata dan warung yang menjual keperluan pendakian untuk menyaksikan keindahan kawah Ijen.

Dari Paltuding berjalan kaki dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak. Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-35 derajad. Selain menanjak struktur tanahnya juga berpasir sehingga menambah semakin berat langkah kaki karena harus menahan berat badan agar tidak merosot ke belakang.

Setelah beritirahat di Pos Bunder (pos yang unik karena memiliki bentuk lingkaran) jalur selanjutnya relatif agak landai. Selain itu wisatawan/pendaki di suguhi pemandangan deretan pegunungan yang sangat indah. Untuk turun menuju ke kawah harus melintasi medan berbatu-batu sejauh 250 meter dengan kondisi yang terjal.


 PANORAMA GUNUNG DAN KAWAH IJEN
 







Baca lebih lanjut »

Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600.Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.

Agustus 2010
Sejak 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan lava.

Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas".Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi.Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut.Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.
Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara.
Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernafasan ketika mengungsi dari rumahnya

September 2010
Pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer.Letuasn kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini.

Pada tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.

Sumber :Wikipedia

Catatan:
Jadi Pada intinya Anda harus berpikir dua kali untuk mendaki gunung Sinabung untuk sementara waktu.
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Latimojong

Gunung Latimojong adalah salah satu gunung unik di Sulawesi dengan tujuh puncaknya yang eksotis. Membentang dari utara ke selatan di tengah-tengah pulau tersebut, Gunung Latimojong tercatat berada di wilayah administratif Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Gunung Latimojong berpuncak tujuh, lebih tepat disebut pegunungan dengan badan-badan gunung yang saling berimpit dan membentuk formasi unik. Puncak tertingginya berjaya dengan ketinggian 3.478 mdpl. Tidak berlebihan kiranya jika Gunung Latimojong ini disebut “Big Mountain.”




Tujuh puncak itu membujur teratur, adalah;
1. Buntu Sinaji (2.430 mdpl)
2. Buntu Sikolong (2.754 mdpl)
3. Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl )
4. Buntu Rante Mario (3.430 mdpl )
5. Buntu Nenemori (3.097 mdpl )
6. Buntu Bajaja (2.700 mdpl )
7. Buntu Latimojong (2.800 mdpl )

Boleh dibilang, angka tujuh adalah angka eksotis dan mistis, maka demikian juga dengan Gunung Latimojong yang mistis dan eksotis. Keindahannya terbentang sepanjang pendakian, dan warna mistis begitu kuat di dalamnya. Aroma Mistis Gunung Latimojong Menurut kepercayaan setempat, pegunungan ini konon merupakan asal-usul nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu, dan Bone. 

Kepercayaan ini dibarengi dengan kepercayaan mistis yang bersumber dari legenda-legenda setempat yang didominasi oleh suku Duri, yang berkomunikasi menggunakan bahasa Duri. Mereka mendiami daerah Baraka hingga Karangan pada jalur pendakian Gunung Latimojong, dan mayoritas petani kopi. Suku Duri meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka bersemayang di tempat-tempat tertentu di Gunung Latimojong. Begitu pula dengan berbagai tempat dianggap memiliki penunggu. “Gunakan gelang rotan,” demikian biasa dikatakan para pemandu. Mengenakan gelang rotan diyakini mampu melindungi para pendaki dari gangguan penunggu Gunung Latimojong atau makhluk halus.

Sesuai kepercayaan adat setempat, gelang rotan adalah symbol bahwa mereka bertamu baik-baik. Sebab, gelang rotan adalah symbol leluhur mereka yang konon bernama Janggok Riri dan Nenek Menga. Aroma mistis juga tampak pada kepercayaan setempat yang mengharuskan memperhatikan tanda-tanda alam. Misalnya, kepercayaan bahwa apabila kita mendengar suara burung maka itu pertanda baik dan pendakian bisa dilanjutkan. Namun, jika bukan suara burung melainkan dengungan lebah, hendaknya pendaki kembali turun sebab itu merupakan pertanda buruk.

Rute Pendakian Gunung Latimojong
Umumnya, akses pendakian Gunung Latimojong dimulai dari Kecamatan Baraka. Wilayah ini bisa dicapai dari arah Makassar dengan angkutan umum, dan turun di Cakke. Dari Cakke, tersedia angkutan lokal menuju Baraka. Dari Baraka, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Buntu Dea. Angkutan yang tersedia biasanya mikrolet atau ojek. Dari Buntu Dea kemudian menuju Dusun Latimojong dengan jalan kaki. Perjalanan serupa dilanjutkan menuju Dusun Karuaja yang terletak persis di lembah. Dari desa ini, menuju desa terakhir di kaki Gunung Latimojong, yakni Desa Karangan. Para pendaki biasanya menginap di rumah penduduk di Desa Karangan untuk menunggu waktu yang tepat memulai pendakian. Di samping itu, di desa ini mereka bisa menyiapkan fisik dan perbekalan untuk mendaki Gunung Latimojong yang eksotis tersebut.

Pendakian Gunung Latimojong memiliki tujuh pos, yaitu:

Pos 1 - Buntu Kaciling
Buntu Kaciling merupakan pos pertama yang akan Anda lalui jika sedang melakukan pendakian di Gunung Latimojong. Dari Desa Karangan menuju Pos 1 ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri sungai Salu Karangan. Jalanan mulai menanjak dengan kemiringan 50-70 derajat. Di jalur ini banyak sekali terdapat percabangan. Buntu Kaciling terletak pada ketinggian 1.800 mdpl, merupakan area datar terbuka seukuran 4 meter persegi.

Pos 2 - Gua Sarung Pakpak
Gua Sarung Pakpak adalah pos kedua yang akan dilalui selama pendakian Gunung Latimojong. Jalur ini merupakan medan berkontur naik-turun di sisi lembah dengan sungai yang mengalir deras. Di areal pos berukuran 4 meter persegi dengan lokasi unik di bawah tebing ini, para pendaki biasanya mendirikan tenda dan bermalam.

Pos 3 - Lantang Nase
Medan ekstrem mendominasi jalur ini dengan tanjakan terjal kemiringan 80 derajat. Jika lengah sedikit, bisa menjadi jebakan maut di mana pendaki terjungkal ke belakang. Lantang Nase berada pada ketinggian 1.940 mdpl. tempat ini sekaligus menjadi pos ketiga yang dilalui saat melakukan pendakian Gunung Latimojong.

Pos 4 - Buntu Lebu
Jalur ini tidak seekstrem sebelumnya. Kemiringannya menurun menjadi kisaran 60-70 derajat. Namun, tetap dibutuhkan kewaspadaan tinggi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pos Buntu Lebu berada pada ketinggian 2.140 mdpl, merupakan areal datar seluas 6 meter persegi yang tertutup rerimbunan pohon.

Pos 5 - Soloh Tama
Berada pada ketinggian 2.480 mdpl, areal ini berkapasitas sepuluh tenda. Merupakan areal datar yang terletak di punggung gunung dengan panorama menawan. Soloh Tama juga biasa dijadikan tempat bermalam oleh pendaki Gunung Latimojong..

Pos 6 - Mengintip Tujuh Puncak Latimojong
Berada di ketinggian 2.690 mdpl. Dari pos ini, sudah mulai terlihat jajaran tujuh puncak Latimojong. Di pos ini, para pendaki bisa mulai mengintip keindahan tujuh puncak Gunung Latimojong yang eksotis itu.

Pos 7 - Kolong Buntu
Kolong Buntu terletak pada ketinggian 3.100 mdpl. Jalur jalan setapaknya sudah diperbaiki. Dan dari sini, sudah terlihat jelas tujuh puncak Gunung Latimojong yang berbaris rapi menyambut pendaki. Dari pos terakhir ini, pendakian Gunung Latimojong yang sebenarnya dimulai. Diawali dengan persimpangan jalan di areal terbuka, jalur ke kiri menuju puncak Rante Mario, jalur ke kanan ujung 30° menuju puncak Nenemori, sedangkan jalur ke kanan 90° merupakan jalan menurun menuju Palopo. Puncak-puncak Gunung Latimojong yang Eksotis Puncak Rante Mario adalah puncak tertinggi Gunung Latimojong. Puncak yang indah ini masih ditumbuhi hutan vegetasi alam. Dari puncak yang dingin dan berkabut, mata bebas memandang alam. Enrekang berada di keremangan yang mistis dan sakral. Puncak Nenemori tak kalah membius dibanding Rante Mario. Jalur menuju Nenemori didominasi hutan berpohon tinggi besar dengan selimut lumut licin tebal. Jika beruntung, pendaki bisa bertemu anoa, fauna khas Sulawesi yang semakin sedikit populasinya dan masuk dalam kelompok satwa dilindungi.

Itulah Gunung Latimojong. Kini, Gunung dengan tujuh puncaknya yang eksotis, menunggu kunjungan Anda.
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Mekongga

Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.790 meter dpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini.

Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan Ranteangin yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka.

Selama perjalanan ke puncak yang butuh 5-6 hari, para pendaki gunung disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan berpapasan dengan anoa.


Hikayat
Nama Mekongga berasal dari cerita rakyat setempat yang berkisah tentang pertempuran seorang kesatria dan seekor burung elang. Menurut hikayat, suatu masa puncak gunung ini dihuni oleh Kongga, yaitu seekor burung raksasa. Para penduduk sering resah karena sang burung sering membuat onar dan mengganggu kehidupan rakyat. Kemudian tampillah seorang bangsawan gagah berani yang berhasil menewaskan burung raksasa. Sebagai hadiahnya, raja setempat menikahkan putrinya dengan si bangsawan. Dan untuk mengenang jasa besar itu, kawasan tersebut diberi nama Mekongga.

Rute pendakian
Pendakian dari pos terakhir pendakian hingga ke puncak Mekongga memakan waktu sekitar 5 hari. Pos terakhir pendakian terdapat di desa Tinukari desa terakhir pendakian yang secara administratif terletak di kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Perhentian berikutnya yaitu "camp 1" di ketinggian 480 m dpl. Walaupun disebut camp, tapi tidak ada shelter seperti gunung di Jawa. Semuanya masih serba alami.

"camp 2" terdapat di ketinggian 1.380 m dpl. Dari sisi jalur mulai menanjak dan banyak sekali bekas longsoran. Sepanjang jalan banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal ini terjadi karena daerah ini sangat lembab. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bisa ditemukan dengan mudah.

Perhentian berikutnya adalah di "Musero-sero". Dalam keyakinan orang Mekongga, tempat ini diyakini sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Dari Musero-sero perjalanan bertambah berat karena harus memanjat tebing dan tanjakan-tanjakan yang tanpa henti hingga sampai di "Camp 3".

Dari sini bisa langsung menuju puncak Mekongga. Puncak Mekongga sendiri berbentuk kubah yang luas. Di sini terdapat goa-goa dengan stalagmit dan stalagtit yang indah. Satu lagi tantangan bagi para pencinta goa.


Habitat yang ada di Pegunungan Mekongga
Baca lebih lanjut »

Kode Etik Pecinta Alam Indonesia


“ PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “

“ PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”

” PECINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “




Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
  3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
  6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
  7. Selesai.
Disahkan dalam forum gladian nasional ke IV
Di ujung pandang tanggal 29 januari 1974
Pukul 01.00 WITA


Baca lebih lanjut »

Navigasi

Navigasi adalah penetuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat. Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. Pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.
 


Alat-alat navigasi terdiri dari:

Kompas
adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east = Tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi, dan kompas bidik/prisma.

Altimeter
adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara.

Peta
adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandiangan skala tertentu. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisat/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda, dan deklinasi magnetis.

GPS (Global Positioning System)
adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi, dan menetukan waktu yang tepat di tempat manapun.
 
Menentukan arah tanpa alat navigasi
Selain mengguanakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menggunakan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:
tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air
flora-fauna:
Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
Lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon
tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan
 
Mecegah dan menanggulangi keadaan tersesat
Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak dapat mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:
  • selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
  • selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
  • tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
  • perhatikan obyek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
  • pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan
  • pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
  • gunakanlah kompas sebelum tersesat
  • belajarlah membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angina
  • jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.
 Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:
 
Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
Thinking,berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
Observaton, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan.
 
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:
  • membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
  • tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
  • orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon
  • gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam
  • buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
  • tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
  • memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya
Baca lebih lanjut »

Pegunungan Halimun

Taman nasional gunung Halimun terletak lebih kurang 100 km arah baratdaya Jakarta. Secara Geografis berada diantara 106°21' - 106°38' BT dan 6°37' - 6°51' LS, dan secara administratif wilayah itu termasuk dalam Kabupaten Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat) serta Lebak (Banten). Saat ditetapkan sebagai kawasan taman nasional pada 1992, luasnya mencapai 40.000 ha. Tapi saat ini luas tersebut telah menyusut 10.000 hektar dan menjadi 30.00 hektar. Kawasan yang mempunyai curah hujan rata-rata 4000 - 5000 mm / tahun dan kelembaban berkisar 80%. Suhu udara minimum dengan kelembaban sekitar 21° C, minimum suhu 12° C dan maksimum 33° C. Kawasan yang berada antara 500 - 2.000 m dpl ini, hampir boleh dikatakan selalu tertutup kabut sepanjang hari. Hutan hujan pegunungan terluas di Jawa Barat, merupakan ekosistem hutan alam yang masih tersisa dan berfungsi sebagai pengatur tata air dan iklim mikro. Serta perlindungan flora dan fauna, penelitian serta sarana pendidikan. Kondisi alam yang berbukit-bukit menjadikannya sebagai benteng pelindung puncak Gunung Halimun. Ada tujuh puncak gunung bukit yang memagari Halimun, yaitu Gunung Sanggabuana, Kencana, Botol, Pareang, Halimun Selatan, Pananjoan, dan Gunung Kendeng. Sedangkan gunung dengan puncaknya tertinggi yaitu Gunung Halimun Kaler (1.929 m). musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April, musim kemarau berlangsung bulan Mei sampai September. Karena itu, kunjungan terbaik ke TNGH pada bulan Juni sampai Agustus.

Dari iklim yang basah dikawasan ini mengalir beberapa sungai yang tak pernah kering dan mensuplai air ke wilayah sekitarnya, termasuk untuk kebutuhan masyarakat Jakarta. Sungai-sungai tersebut antara lain Ciberang, Ciujung, Cidurian, Cisadane dan Cimandur. Karena tempatnya masih berupa hutan perawan dan berada di ketinggian dengan kemiringan sampai 45 derajat, maka dapat ditemui beberapa air terjun yang
sangat eksotik yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Beberapa air terjun yang dapat dikunjungi yaitu Air Terjun Cimantaja dan Cipamulaan yang terdapat di sekitar Cikiray, Air Terjun Piit dan Cihanjawar yang terdapat di sekitar Nirmala Tea Estate, Air Terjun Citangkolo dan Ciraksamala yang terdapat di sekitar Mekarjaya, dan Air Terjun Ciberang yang terdapat di dekat Cisarua. Pemandangan hutan alam yang indah dan Perkebunan Teh Nirmala yang terdapat di dalam kawasan taman nasional, merupakan potensi wisata alam yang menarik untuk dinikmati. Selain itu, pendakian dan Rafting (di Sungai Citarik) sudah menjadi agenda rutin para pecinta kegiatan alam bebas. Banyak satwa liar dan langka yang di lindungi di TNGH ini. Diantaranya Macan tutul, Kucing hutan, Landak , Trenggiling serta Elang Jawa yang juga merupakan symbol atau lambang dari TNGH ini. Dan juga di TNGH ini merupakan habitat terbaik bagi populasi Owa jawa, yang dapat di jumpai di sekitar Cikaniki, G Botol, G Andam, Cisarua. Kawasan ini juga menyimpan berbagai jenis serangga. Diantaranya adalah Kupu-kupu. Untuk flora, ada berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh disini yaitu sekitar 1.000, dan tebagi dalam tiga zona :

Zona colline
Zona ini terdapat pada ketinggian dibawah 1.000m dpl, dan didominasi oleh pohon Rasamala yang sangat dikenal oleh kalangan penggiat alam bebas di Indonesia sebagai salah satu tumbuhan survival.

Zona sub-montana
Zona ini berada pada ketinggian diantara 1.000 - 1.500m dpl, daerah ini didominasi oleh tumbuhan Puspa dan jenis Fagaceae.

Zona Montana
Zona yang berada pada ketinggian diantara 1.500 -2.000m dpl, daerah ini juga didominasi oleh tumbuhan Fagaceae.

Selain itu pada kawasan hutan gunung Halimun ini juga bisa dijumpai 12 jenis Bambu, serta Rotan dan juga Anggrek.

Akses Transportasi
untuk mencapai taman nasional ini. Tapi sangat dianjurkan untuk memakai kendaraan 4x4 jenis Jeep atau SUV. Karena kondisi jalan yang tidak baik untuk ditempuh oleh kendaraan jenis sedan. Ada tiga arah untuk menuju ke taman nasional gunung halimun yaitu:

Dari Selatan dengan jalur:
Pelabuhan Ratu - Sukawayana - Ciptarasa. Jalur ini membentang sepanjang 30km.

Dari Timur dengan jalur:
Parung Kuda - Sukawanayana - Ciptarasa. Jalur ini berjarak 30km.

Dari Utara dengan Jalur:
Cigudeg - Cisarua, sepanjang 30km. Jika tidak membawa kendaraan sendiri, anda juga bisa mencapainya dari Jakarta sebagai berikut:

Jakarta - Pasar Parung Kuda (Sukabumi)
Naik bis jurusan Sukabumi dari terminal Kampung Rambutan dan turun di pasar Parung Kuda.

Parung Kuda- Desa Kabandungan (pos TNGH)
Dari Parung Kuda lebih baik mencater kendaraan jenis colt. Ada angkutan umum pedesaan yang beroperasi akan tetapi anda harus berganti-ganti beberapa kali dan kemungkinan untuk kesasar lebih tinggi, serta memakan waktu yang lama.

Desa Kabadungan - Cikaniki
Carter kendaraan angkutan pedesaan sejenis L300 Rp.200.000,- (Banyak mangkal di terminal pasar Parung Kuda). Bisa juga dengan menggunakan jasa ojek motor dengan tarif Rp.25.000 - 35.000/orang tergantung waktu dan cuaca.

Perijinan
Disini anda juga bisa mendapatkan data yang lengkap tentang kawasan ini. Pengurusan ijin tidaklah terlalu berbelit-belit. Untuk kelengkapan, sebaiknya anda juga mempersiapkan photocoy KTP.

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN
Jl Raya Cipanas - Kabandungan, PO. Box 02 Parung Kuda - SUKABUMI
JAWA BARAT - INDONESIA. Telp / Fax +62- 266- 621256 / 621

Tempat menarik

CIKANIKI
Selain sebagai stasiun peneliti, yang mendukung penelitian hutan di sekitar Cikaniki - Citalahab. Juga tersedia Wisma penginapan untuk tamu yang mau bermalam. Wisma ini mempunyai 5 kamar. Satu kamar VIP (Rp.125.000 per orang ), empat kamar standar (tarif Rp.100.000/orang). Masing masing kamar memiliki empat tempat tidur. Disini kita harus memasak sendiri, tapi anda bisa telah memesan sebelumnya, maka konsumsi akan disediakan. Jarak Cikaniki dari kantor pusat Kabandungan sekitar 20 km. dengan kondisi jalan berbatu tanpa aspal. Di Cikaniki ini terdapat conopy yang terbentang dari pohon kepohon, dengan ketinggian 30m dan panjang sekitar 100m. Sangat menarik mengamati hutan dari puncak pohon, serta aliran sungai kecil. Perjalanan hiking bisa dilanjutkan menuju perkebunan teh nirmala agung, lalu menuju ke air terjun cimacan, menurut data tempat tersebut memang menjadi komunitas macan tutul.

CITALAHAP
Disini juga terdapat wisma tamu, yang di kelola secara swadaya oleh masyrakat setempat. Wisma ini memiliki fasilitas 5 kamar, yang disewakan untuk umum, satu kamar bertarif Rp.70.000,- semalam dan juga anda bisa memesan konsumsi dengan harga sekali makan Rp.15.00,- / orang. Didaerah Citalahab ini juga tersedia Camping ground yang letaknya persis di belakang wisma tamu, yang juga dilengkapi kamar mandi dan wc. Disini terdapat air terjun Cikudapaeh yang lokasinya lumayan terisolasi, menjelajah hutan yg lumayan alami, menyeberang sungai kecil. Selain hiking kita juga bisa menikmati bird watching dengan primadona objeknya adalah elang jawa yang diperkirakan jumlahnya sekarang sekitar 200-300 ekor yang hidup tersebar dihutan-hutan di pulau Jawa. Selain itu kita juga bisa hiking sampai ke gunung Kendeng. Selain itu juga bisa menuju Desa Kasepuhan tempat tinggalnya Abah Anom yang memakan jarak tempuh sekitar 8 jam.


Baca lebih lanjut »

Gunung Tambora

Gunung yang bertipe Strato vulkanik ini dan berlokasi di wilayah administratif Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima di Nusatenggara Barat ini mempunyai ketinggian 2.851m dpl dan berada pada posisi geografis 08° 15` LS dan 118° 00' BT. Gunung yang mempunyai kawah kaldera 6 x 7 km dengan kelilingnya sekitar 16km dan kedalaman kawah hingga 800m ini merupakan gunung yang termasyur di dunia. Termasyur karena pada tanggal 5 April 1815 meletus dengan dahsyat dan letusan tersebut termasuk letusan yang terbesar didunia. Dahulunya gunung ini menurut perkiraan para ahli mempunyai ketinggian lebih dari 4.000m dpl, dan letusan dahsyat tersebut telah memotong puncaknya hingga mempunyai ketinggian 2851m dpl, letusan yang menyemburkan 36 mil kubik ini juga telah memusnahkan hingga punah sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Tambora. Abu letusan tersebut menutupi sinar matahari hingga ke Eropah dan menyebabkan musim dingin yang berkepanjangan didaratan Eropah, dan musim dingin panjang ini jugalah yang telah menyebabkan kalahnya Napoleon di Waterloo. Hal-hal tersebut diataslah yang menjadikan Tambora sangat terkenal didunia. Kaldera besar yang dimiliki gunung sangat menakjubkan dan indah. Kawasan Gunung Tambora ini terbagi menjadi dua bahagian lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve seluas 80.000 hektar dan Tambora Selatan HUnting Park seluas 30.000 hektar. Dikawasan hutan Gunung Tambora bisa ditemukan binatang-binatang seperti: Rusa Timor (Cervus timoresis), babi hutan (Sus scrofa), Kera berekor panjang (Macaca fascicularis), dan lainnya.

AKSES TRANSPORTASI dan AKOMODASI
Pintu masuk untuk pendakian awal ke puncak Tambora adalah dari desa Pancasila, untuk mencapai desa ini bisa dilakukan lewat kota Mataram atau kota Bima. Jika dari Mataram, dengan menggunakan bus Sari Rejeki dari terminal Bertais Mataran, dengan trayek Mataram – Calabai. Bus ini sehari hanya ada satu, berangkat setiap jam 9 pagi dan sampai di Calabai jam 6 pagi keesokan harinya. Dari Pasar Minggu (Calabai) anda bisa meneruskannya dengan naik ojek dengan tariff Rp.25.000,- per orang. Jika jumlah rombongan anda cukup banyak, biasanya supir bus Sari Rejeki ini tidak akan keberatan mengantarkan anda hingga ke Desa Pancasila. Jika anda ke Pancasila melewati Kota Bima, maka terlebih dahulu anda harus ke kota Dompu baru dari Dompu anda berganti bus yang ke Calabai, bus trayek Dompu – Calabai ini hanya ada dua kali sehari berangkat setiap jam 6 pagi dan jam 2 siang. Anda harus mempersiapkan diri anda untuk naik bus ini karena merupakan hal yang wajar pada bus Dompu – Calabai ini menaikan penumpang melebihi kapasitas bangkunya seperti bangku kapasitas dua orang diisi hingga empat orang. Jika anda mau nyaman anda juga bisa mencarter mobil dari Bima.

RUTE PENDAKIAN
Untuk mencapai puncak Tambora, pada jalur pendakiannya terdapat 5 pos yang harus kita lewati.

Desa Pancasila - Pintu hutan
Dari desa Pancasila kita akan melewati jalan tanah yang cukup lebar dan bisa dimuati oleh kendaraan roda empat dikiri kanan jalan terdapat perkebunan kopi dan juga ada sebuah Pura Hindu bali yang tidak jauh dari jalan tersebut, jalan ini cukup panjang jika ditempuh dengan jalan kaki akan memakan waktu sekitar 3 jam. Untuk mempersingkat waktu ada baiknya juga jika anda menggunakan ojek motor hingga ke Pintu hutan.

Pintu Hutan - Pos I
Pendakian diawali dari sini dan akan melalui jalan setapak yang cukup lebar yang merupakan bekas lalu lintas truk pengangkut hasil loging kayu di hutan Tambora. Agak semakin jauh jalannya mulai tertutup oleh semak belukar berduri dan ilalang, disepanjang jalan banyak dijumpai tumbuhan pakis sayur yang baisa dibuat sayur, pakis ini berbeda dengan pakis hutan yang berbulu dan berasa pahit. Pos I hanya berupa sebuah tanah terbuka yang dikitari oleh semak belukar. Tidak ada sumber air disini.

Pos I - Pos II
Dari Pos I menuju Pos II jalan setapaknya seperti halnya pada etape pertama tadi masih landai dan sesekali menanjak, masih melewati semak belukar cukup lembab. Pada etape ini anda akan disambut oleh populasi pacet yang cukup banyak. Mendekati Pos II mulai memasuki hutan dengan pohon-pohon yang cukup besar-besar. Hati-hati di beebrapa tempat ada seperti jalan bercabang. Di Pos II ini terdapat sebuah pondok dan sumber air berupa sebuah kali kecil yang terletak tidak jauh dari pos II. Waktu tempuh dari Pos I ke Pos II kurang lebih 2,5 jam.

Pos II - Pos III
Jalur pendakian dari Pos II turun ke arah sungai dan setelah menyeberangi sungai kecil itu ada tanjakan yang cukup terjal dan setelah itu kembali jalan setapaknya landai. Pada etape ini pacet masih ada, karena hutannya masih cukup lembab. Pos III merupakan sebuah ataran yang cukup luas bisa menampung sekita 10 tenda. Disini ada sebuah pondok kayu seperti rumah panggung. Sumber air bisa ditemukan di pos ini berjarak sekitar 300 meter. Biasanya Pos II ini dijadikan sebagai camp untuk menginap, karena pada Pos IV tidak ada air, dan pada Pos V hanya ada air genangan pada sungai kering, yang terkadang juga kering tanpa genangan. Summit attack biasanya dilakukan dari Pos III pada dini hari sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari agar sampai dipuncak sewaktu sunrise. Waktu tempuh dari pos II ke Pos III

Pos III - Pos IV
Dari Pos III menuju Pos IV jalur jalan masih dipenuhi oleh tumbuhan daun jelatang (daun pulus) dan daun ini memenuhi kiri kanan jalur hingga Pos IV. Jalur pendakiannya landai. Tapi harus waspada dengan sengatan daun jelatang. Pada jalur ini ada sebuah punggunngan yang dipenuhi oleh tumbuhan jelatang dan untuk melewati daerah ini hanya ada sebuah pohon tumbang sebagai jalan kita. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV sekitar kurang lebih 2 jam perjalanan. Pos IV berupa sebuah tanah datar yang cukup untuk menampung 5 - 7 tenda dan dikitari oleh daun jelatang serta pohon-pohon besar yang melindungi dari sengatan matahari. Di pos ini tidak ada sumber air.

Pos IV - Pos V
Menuju Pos V, tumbuhan jelatang dan pohon-pohon besarnya mulai berkurang dan digatikan oleh ilalang dan pohon-pohon kecil. Jalur pendakiannya landai dan pada beberapa tempat yang terbuka dan cuaca cerah kita akan bisa melihat dengan jelas puncak Rinjani disebelah barat, pulau Satonda dan Pulau Mojo. Pos V ini Terdapat sebuah pondok sederhana, lokasi pos ini cukup terlindung dari angin karena rimbunnya pohon-pohon disekelilingnya. Di lokasi ini ada sumber air yang lokasinya bisa ditemukan disebuah sungai kering yang berjarak 50 meter menuruni lembah, akan tetapi hanya berupa genangan dan sebaiknya tidak mengkonsumsinya karena warnanya yang sedikit gelap. Pos V ini bisa juga dijadikan lokasi alternatif untuk basecamp sebelum summit attach, akan tetapi konsekuensinya harus membawa persediaan air yang cukup dari pos III. Jarak tempuh dari Pos IV ke Pos V kurang lebih 2 jam.Pos V - Bibir Kawah

Etape ini yang cukup panjang dan keadaan medan yang terbuka, didaerahinipada pagi hari banyaksekali dijumpai ayam hutan. Jika anda sampai di etape ini hari sudah pagi akan membuat anda cukup bosan karena jalur pendakiannya cukup menanjak dan melingkar. Tapi pemandangan cukup indah dari sini. Jalan setapak sudah berbatu dan berpasir. Setelah melewati sekumpulan cemara terakhir anda akan sampai pada medan berpasir yang menandakan bibir kawah Tambora sudah dekat. Jarak tempuh dari Pos V ke bbir kawah sekitar 2,5 jam.Bibir Kawah - Puncak

Dari bibir kawah puncak ada terlihat di sebelah kiri kita, untuk menuju kesana jalan setapak ada di pinggiran kawah, jangan terlalu ke pinggir kawah karena kemungkinan bbir kawah longsor bisa terjadi. Pada saat berada di bibir kawah Tambora ini hendaknya berhati-hati terhadap lautan pasir yang cukup dalam dan angin yang bertiup cukup kencang. Jangan berdiri terlalu dekat dengan bibir kawah yang rawan longsor karena di beberapa tempat pijakannya hanya berupa tumpukan pasir yang rawan longsor. Puncak Tambora sendiri yang dikenal dengan sebutan "Doro Meleme" yang artinya Gunung yang runcing ini masih berjarak letaknya. Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapainya dari tempat awal bibir kawah. Di puncak gunung ini bisa ditemukan tiang trianggulasi yang berupa sebuah prasasti yang dibuat oleh pemerintah setempat. Dari bibir kawah ke puncak memakan waktu kurang lebih 30 – 40 menit.Keindahan kawah Tambora memang cukup membuat terpana. Kawah yang menganga lebar dengan luas berkilo-kilo meter, ditambah dengan eksotiknya sebuah anak gunung api yang muncul di dalam kawah. Gunung api kecil ini dalam bahasa Bima disebut sebagai Doro Afi To’i. Yang berarti Gunung Api Kecil. Belum lagi rumpun-rumpun edelweis yang tumbuh di sela-sela lapisan dataran bibir kawah yang luas dan berlapis-lapis dapat dinikmati di bawah cerahnya langit di bulan Juni – Agustus yang merupakan waktu terbaik melakukan pendakian di Tambora. Keadaan Tambora umumnya memiliki karakteristik pegunungan yang berada di wilayah timur Indonesia dengan angin yang kering dan vegetasi semak perdu. Jalur didominasi oleh jalur penebangan hutan liar dan pohon-pohon besar yang tumbang serta tumbuhan jelatang serta semak khas Tambora bernama “Tare’dek” yang berbau khas dan tumbuh di sepanjang jalur setelah pos III. Mata air yang cukup berlimpah, waspadai kemunculan babi hutan maupun rusa yang masih banyak populasinya di wilayah Tambora.

PERIJINAN
Untuk perijinan pendakian bisa diurus dirumah kepala desa Panacsila. Dan belakangan ini kebijakan dari kepala Desa Pancasila yaitu mengharuskan pendaki untuk menyewa guide lokal yang biasanya adalah anggota KAPATA. Mereka sudah cukup terlatih mengenal medan gunung Tambora.

TEMPAT MENARIK


Kawah Gunung Tambora

Tempat menarik di gunung Tambora ini tidak lain adalah kawah gunung ini yang sangat besar serta diperlengkap dengan hadirnya "Doro Afi To'i" ditengahnya. Dan jika mempunyai waktu yang banyak anda bisa mengelilingi kawah yang berjarak 16 km serta memerlukan waktu 3 - 4 hari, bisa juga menuruni kawah Tambora yang dalamnya lebih dari 800 meter dengan waktu tempuh turun sekitar 8 jam dan  melewati jalur trek yang cukup berbahaya.

Baca lebih lanjut »

Gunung Sumbing

Gunung Sumbing terletak di kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, dengan ketinggian 3371m dpl. Di daerah Wonosobo yang terkenal akan sayurannya kita dapat melihat dengan jelas betapa megahnya dua gunung yang seakan membelah kota ini menjadi dua bagian. Di sebelah selatan kota ini tepatnya Gunung Sumbing berada. Gunung yang berketinggian 3371 M ini selain menjadi bagian penting kota Wonosobo juga menjadi bagian penting dari tujuan para pendaki karena tingginya lebih dari 3000 M dan merupakan puncak kedua tertinggi di Jawa Tengah. Keadaan medan gunung ini sangat gersang di musim kemarau, ini diakibatkan oleh kondisinya pungungan gunung ini terbuka dan hampir nyaris dipenuhi oleh ilalang. Sumber air juga susah ditemukan kecuali mata air yang terdapat di ketinggian 2200 M, yaitu di sekitar daerah Genus (jalur lama) atau di Kedung (jalur baru) dan bentuknya telah permanen karena mata air ini juga dipakai untuk keperluan ladang pertanian. Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing. Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing

Jalur Pendakian
Pendakian gunung ini bisa dilakukan lewat tiga alternatif rute pendakian yaitu:

Rute Cepit Parakan (Pungungan Timur)
Rute Kalikajar (Pungungan Barat)
Rute Desa Garung (Pungungan Utara)

Dari ketiga jalur pendakian, jalur melalui Dusun Garung adalah jalur yang paling banyak diminati oleh para pendaki karena jalur ini telah banyak petunjuk dan keamanan medannya lebih terjamin dan juga waktu tempuh perjalanan dengan menggunakan jalur ini merupakan yang tercepat dibanding dengan dua jalur lainnya.

Dari Dusun Garung pendaki dapat memulai pendakian dengan alternatif dua jalur pendakian yaitu jalur lama dan jalur baru. Tidak ada perbedaan yang khusus mengenai kedua jalur ini hanya arah dan sudut pendakiannya saja yang sedikit berbeda. Jika menggunakan jalur lama maka akan terasa sangat berat karena di sekitar (seduplak roto ) atau kilometer kelima pendakian pendaki akan menemukan medan pendakian yang berkemiringan sekitar 70 derajat, sehingga pada saat turun hujan akan sangat berbahaya untuk didaki. Berbeda dengan jalur baru yang terletak di sebelah barat jalur lama, medan pendakian tidak seberat jalur lama hanya ketika menggunakan jalur ini pendaki akan banyak melewati daerah perbukitan kecil sehingga akan terasa lebih lama.

Berikut ini adalah pos-pos pendakian gunung sumbing, yaitu:

Jalur Lama:
Base camp (Posko pengawasan) (Km I) – 1455 M
Ladang pertanian (tembakau) (Km II)
Malim (Km III)
Genus (Km IV) 2240 M
Seduplak Roto (Km V)
Pestan 2437 M
Pasar Watu (Watu Kotak) 2763 M
Tanah Putih (KM VI)
Puncak Buntu 3371 M
Puncak Kawah (KM VII)
Jalur Baru
Base Camp (Km I)
Ladang pertanian (Km II)
Kedung (Bosweisen) (Km III)
Gatakan (Km IV) 2240 M (Pos 2)
Krendegan
Setelah krendegan ini maka jalur kembali menjadi satu (bergabung dengan jalur lama) di daerah pestan 2437 M.

Jalur menuju ke puncak setelah ladang pertanian adalah jalur bebatuan. Jalur bebatuan ini dikenal rawan longsor jadi pendaki disarankan berhati-hati melewati jalur ini. Setelah melewati jalur bebatuan ini maka pendaki akan dapat mencapai puncak buntu (3371 M). dari puncak ini pendaki harus mengelilingi jalan setapak untuk dapat turun menuju Kawah Besar Gunung Sumbing.

Dari puncak buntu pada pagi hari pendaki dapat melihat megahnya Gunung Sundoro yang terdapat tepat di depan mata dan keindahan Gunung Slamet (3428 M) 110 Km sebelah barat Gunung Sumbing.

Waktu perjalanan yang dibutuhkan pendaki untuk dapat mencapai puncak adalah antara 8 sampai 15 jam perjalanan tergantung cuaca dan fisik pendaki. Itupun dengan menggunakan jalur Garung yang termasuk paling cepat diantara jalur lainnya. Apabila pendaki akan mencoba jalur cepit parakan atau jalur kalikajar maka perjalanan menuju puncak bisa memakan waktu satu asmapi dua hari perjalanan karena jalurnya landai dan rambu menuju puncak tidak sebanyak jalur garung.

Tempat Menarik
Selain pandangan yang lepas memandang kesegala arah selama pendakian, gunung ini juga mempunyai kawah yang bisa dituruni. Dasarnya ditumbuhi oleh rumput dan dikelilingi oleh tebing batu. Lokasi ini juga bisa dijadikan tempat bermalam. Cari tempat yang agak jauh dari lobang kawah tempat keluarnya asap belerang.
Baca lebih lanjut »

Gunung Slamet

Gunung Slamet terletak diantara Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Brebes. pada posisi geografis 7°14,30' LS dan 109°12,30' BT, dengan ketinggian 3432m dpl, membuatnya merupakan gunung berapi yang tertinggi di daerah Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai empat kawah di puncaknya. Gunung yang berada di sebelah utara kota Purwokerto dan disebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas. Hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air, jadi sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Pintu gerbang pendakian adalah dari desa Blambangan.



Gunung Slamet dapat dicapai dari beberapa pintu masuk yaitu:
  • Bambangan
  • Batu Raden
  • Kaliwadas
  • Randudongka
Dari beberapa rute pendakian yang ada, Bambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.

Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini naik mini bus (Rp.8.000 per orang) yang menuju Bobotsari kemudian turun di daerah yang dinamakan pertigaan serayu (sebelah utara bobotsari), perjalanan sekitar 45 menit tiba di pertigaan serayu dan melanjutkan perjalanan menuju desa Bambangan dengan menggunakan kendaraan pick-up (Rp.10.000 per orang). Hanya ada satu angkutan tersebut yang tersedia. Sedangkan transportasi untuk kembali ke Purwokerto bisa mencarter mobil angkutan sayur kepunyaan kepala desa Rp.15.000/orang dari Desa Bambangan sapai ke terminal Bus Purwokerto dengan catatan lebih dari 10 orang. Bambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak Gunung Slamet . Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara lebih kurang 8 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Pos Sanghyang Rangkah atau disebut juga Pos Mata Air, dan berganti dengan semak-semak dan tumbuhan sub-alpine lainnya.

Begitu melewati daerah semak - semak kita akan sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau atau Pos IX yang merupakan pintu menuju ke puncak Slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu berbeda dengan medan lereng pasir di gunung Mahameru yang halus di gunung ini pasirnya sedikit kasar dan tajam.

Setelah melewati daerah Pelawangan maka akan sampai di dataran puncak yang berbukit dengan beberapa hamparan kawah yang luas. Pada puncak Slamet terdapat sebuah tiang penunjuk ketinggian. Pemandangan gunung Sumbing dan gunung lainnya di daerah Jawa Tengah jelas terlihat.

Rute Pendakian
Desa Bambangan 1478m dpl
07° 13' 34,7" LS 103° 15' 57,7" BT
Desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani ini selain mempunyai pondok pemuda yang merupakan juga tempat singgah para pendaki juga rumah kepala dusun dan rumah penduduk lainnya bisa dijadikan tempat singgah dan bermalam. Jarak dari desa Bambangan ke Pos I Pondok Gembirung sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh normal lebih kurang 1 jam.

Pos I (Pondok Gembirung) 1993m dpl
07° 13' 38,0" LS 103° 14' 48,0" BT
Pos I atau Pos Pondok Gembirung ini mempunyai areal yang cukup lebar untuk mendirikan 4-5 tenda dan terletak persis di sebelah kiri jalan setapak sewaktu akan naik. Tidak ada sumber mata air di pos ini. Sebelum mencapai pos ini kita akan melewati perladangan penduduk disebelah kiri jalan setapak terdapat sungai yang kering dimusim kemarau. Kemudian kita akan memasuki pintu hutan dan tak lama baru sampai di pos ini.

Pos II (Pondok Walang) 2271m dpl
07° 13' 45,8" LS 109° 14' 28,1" BT
Pos II atau disebut juga Pos Pondok Walang ini cukup luas dan berjarak lebih kurang 1km dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 jam. Tanjakan yang cukup menguras tenaga dari Pos I membuat perjalanan sedikit akan lama jika dibandingkan dengan jaraknya. Seperti halnya dengan Pos I di Pos ini tidak terdapat sumber air.

Pos III (Pondok Cemara) 2497m dpl
07° 13' 55,2" LS 109° 14' 10,6" BT
Pos III ini merupakan pos yang terluas, di pos ini bisa mendirikan 10 tenda. Pos yang berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya ini juga tidak tersedia sumber mata air. Waktu tempuh dari pos II dengan kecepatan normal sekitar 1.5 jam

Pos IV (Pondok Samarantu) 2697m dpl
07° 14' 01,0" LS 109° 14' 00,3" BT
Pos Samarantu ini berada persis di samping kanan jalan setapak. pos ini berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya dengan waktu tempuh lebih kurang 1,5 hingga 2 jam ada sedikit kerancuan pada pos ini yakni sebelum samapi di pos ini kita akan menjumpai pos yang bernama Samarantu juga. Pos tersebut tidak lebih merupakan pos bayangan yang telah disalah namakan. Pos Samarantu yang benar adalah yang ini.

Pos V (Samyang Rangkah) 2806m dpl
07° 14' 07,9" LS 109° 13' 51,5" BT
Pos ini juga dikenal dengan nama Pos Mata Air, karena hanya ditrempat ini lah kita bisa menemukan air. Akan tetapi tidak pada musim kemarau. Membawa persedian air yang cukup adalah wajib jika anda mendaki gunung Slamet. Pos yang berjarak sekitar 1,5 - 2km dan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam dari pos sebelumnya ini. mempunyai sebuah bangunan pondok. Mulai dari pos ini keatas sudah terbuka medannya.

Pos VI (Samyang Jampang) 2916m dpl
07° 14' 09,6" LS 109° 13' 43,0" BT
Pos VI ini tidak begitu luas dan berjarak sekitar 1km dengan waktu tempuh lebih kurang 1 jam dari pos V. dari tidak ada yang terlalu istimewa pada pos ini, karena hanya merupakan pos persinggahan sementara. Pada lokasi pos ini bisa mendirikan 2-3 tenda.

Pos VII (Samyang Kotebon) 3050m dpl
07° 14' 13,6" LS 109° 13' 34,0" BT
Pos ini sangat berdekatan sekali dengan pos VII dan merupakan pos yang memiliki pemandangan yang lepas ke arah timur. Disini ada sebuah shelter berukuran 3x6m dan terbuat dari seng.

Pos VIII (Samyang Kendit) 3050m dpl
07° 14' 13,5" LS 109° 13' 33,9" BT
Pos ini terletak diatas pos VII, entah kenapa kedua pos ii jadi berdempetan tidak ada data mengenai itu. Pos Samyang Kendit ini cukup lebar dan berada persis di pinggir jalan, JIka mendirikan tenda di pos ini menghadap ke Timur, maka pagi hari bisa menikmati sunrise dari dalam tenda.

Pos IX (Pelawangan) 3198m dpl
07° 14' 17,1" LS 109° 13' 25,9" BT
Pos Pelawangan ini adalah merupakan pos yang terakhir, pos ini berada didaerah perbatasan daerah berbatuan dan pepohonan. Jarak pos ini dari pos VIII adalah sekitar 0,5 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 - 1,5 jam.

Puncak 3432 m dpl
07° 14' 19,0" LS 109° 13' 11,9" BT
Setelah melewati pos IX maka medan pendakian yang akan dihadapi menuju puncak adalah daerah terbuka dan berpasir serta berbatu. Berbeda dengan daerah berpasir di Mahameru atau Rinjani. daerah berpasir di Slamet ini batubatunya sedikit tajam. Saat mencapai gigiran puncak tiang trianggulasinya berada disebelah kanan. Dari sini kita bisa melihat pemandangan lepas ke segala arah. Kawah Gunung Slamet agak jauh letaknya dari puncak. Untuk kesana kita harus menuruni puncak ke arah barat, tapi kawahnya terlihat jelas dari puncak.

Perijinan
Perijinan bisa diurus di rumah kepala desa Bambangan, rumah kepala desa ini juga biasanya dijadikan basecamp oleh para pendaki. Disini para pendaki mendaftar untuk mendaki dengan membayar uang retribusi Rp.3.500,- per orang dan juga membayar karcis kas Karang Taruna sebanyak Rp. 500,- per orang. Para pendaki tidak dikenakan biaya untuk menginap di rumah kepala desa ini.

Jalur Pendakian dari Guci
Guci adalah nama desa sekaligus tempat wisata di kaki Gunung Selamet arah Barat Laut. Komplek wisata Guci, ini adalah merupakan komplek wisata alam mata air panas dan air terjun, yang cukup lengkap, dengan hotel berbagai kelas, dan juga villa-villa disewakan. Juga terdapat camping ground sederhana. Hotel yang terbaik disini adalah Duta Wisata, terdapat kolam renang air panas,. Jika anda ingin berendam gratis, silakan mencebur di sungai yang mengalir dengan air yang jernih dan deras. Berbeda dengan Ciater, yang semrawut dan sangat mahal, suasana disini relatif tenang, dan harga-harga tidak terlalu mahal.

AKSES TRANSPORTASI
Dari Jakarta dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta-Tegal-Slawi-Purwokerto (AC Rp 43,000). Kemudian turun di pertigaan Yomani/Lebaksiu yang berada pada ketiggian 125m dpl, kira-kira setengah jam dari tegal ke arah Purwokerto melewati Slawi. Pertigaan ini ditandai dengan petunjuk arah Kawasan wisata GUCI dan jembatan.

Di sini kita bisa berbelanja bahan makanan, jika perlu. Terdapat juga wartel, restoran sate/ gulai kambing muda yang memang khas di daerah ini. Terdapat Masjid besar, Masjid Baetussalam, yang besar dan bersih dengan air yan melimpah. Depan masjid ini menjadi tempat nongkrong bus Dewi Sri jurusan Jakarta, yang berangkat pagi dari lokasi ini.

Dari pertigaan Yomani/Lebaksiu ini kita ganti bis kecil Jurusan Tegal-Slawi-Bumijawa, turun di pertigaan Tuwel, ongkosnya (Rp 7000). Bis ini beroperasi dai jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Selain waktu tersebut, anda harus menggunakan ojek ke Guci (Rp 30.000). Atau anda bisa numpang menginap di masjid Baetussalam, sambil menunggu besok pagi jam 6.

Dari Tuwel kita berganti dengan mobil pickup ke tempat wisata Guci (Rp 6000).

Tips
Sebaiknya gunakan bis Executive (bangku 2-2)Jakarta-Purwokerto , Sinar Jaya, Dewi Sri, yang berangkat dari terminal Rawamangun. Pengalaman kami naik bis siang AC (bangku2-3) Tri Kusuma dari Pulogadung, kondisi bis , keamanan dan kenyamanan sangat jelek.
Waktu tempuh Jakarta – Pertigaan Yomani 8 jam.

PERIJINAN DAN PORTER
Pendakian masal diselenggarakan rutin oleh Pemda Tegal, setiap 17 Agustus. Rekor tertinggi hanya 200 orang (bandingkan dengan Gede).

Di desa Guci, bisa dicari penunjuk jalan/ porter. Pemuda di desa ini mempunyai klub pendaki bernama “Eidelwais Club”. Mereka bisa dimintai tolong mengantarkan dan membawa beban. Tarifnya , belum ada harga resmi untuk porter saat ini biasanya 75 ribu/orang, untuk 2 hari-1 malam. Bahan makanan buat dia, kita yang menyediakan. Dan uang tambahan transport 15 ribu/orang, karena kita turun di Bambangan.

Perijinan bisa diurus ke ‘juru kunci’ disini. Dan bisa diurus oleh porter langsung.
Di desa ini/ tempat wisatanya, anda bisa membeli nasi bungkus untuk makan siang nanti, jika anda malas memasak di perjalanan.

 Tips
Untuk mencari pemandu/ porter, hubungi Mas Narto, tinggal di dekat SDN 1 Guci.

RUTE PENDAKIAN
Pendakian dimulai dari pintu gerbang pendakian yang berada pada ketinggian 1120m dpl. Pintu gerbang pendakian yang berupa gapura ini , adalah juga merupakan pintu gerbang ke air terjun. Letak air terjun ini ada di sebelah sebuah jembatan. Tiket ke air terjun adalah 2000/ orang. Air sungai ini bisa dipakai untuk memasak. Berikut adalah tahapan pendakian mulai dari pintu gerbang hingga puncak.

Gerbang 1120m dpl – Pos Pinus (Pos I) 1185m dpl
Dari gerbang jalur pendakian relatif landai, melewati pinggir hutan pinus, dan setelah mengikuti jalan setapak kemudian akan bertemu dengan jalan berbatu/ bekas jalan aspal yang sudah rusak milik perkebunan pinus. Pos I berada sedikit masuk ke dalam hutan Pinus. Didaerah ini banyak sekali terdapat bekas bulu burung yang merupakan buangan dari pada pemburu burung Katik..Waktu tempuh dari Gerbang hingga ke Pos I ini kuran glebih 1 jam

Pos I - Pos II (1850m dpl)
Setelah melewati Pos I keadaan jalan setapak mulai menanjak dan mulai banyak terdapat pohon yang berlumut. Sedangkan waktu tempuhnya 1 jam 50 menit.

Pos II – Pos Pondok Pasang (Pos III) 2035m dpl
Kondisi jalan seteapaknya relatif landai dan waktu tempuh dari Pos II ke Pos III kurang lebih 48 menit.

Pos III – Pos Pondok Cemara (Pos IV) 2480m dpl
Jalur dari pos III menuju Pos IV ini lebih berat dari pad jalur lainnya (dari pos I hingga Pos V). Dijalur ini, banyak pohon perdu setinggi manusia (semacam arbei). Jika memulai pendakian dipagi hari, maka istirahat makan siang dapat dilakukan disini. Dan juga di daerah Pos IV ini ramai dihiasi oleh suara burung. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV adalah kurang lebih sekitar 2 jam.

Pos IV – Pos Pondok Kematus (Pos V) 2740m dpl
Jalur pendakian mulai banyak ditemui pohon tumbang dan sebelum mencapai Pos V, akan ada sebuah pos yang dikenal dengan sebutan Pos Edelweiss yang berada pada ketinggian 2570m dpl, dan waktu tempuh hingga Pondok Edelweiss ini adalah kurang lebih sekitar 1 jam 26 menit. Selepas dari pondok edelweiss keadaan jalan setapak mulai banyak debu vukanisnya. Dari Pondok edelweiss hingga ke Pos V akan memakan waktu kurang lebih 50 menit.

Pos V – Bibir kawah sebelah barat laut (3205m dpl)
Mendekati bibir kawah, haruslah berhati-hati karena jalannya melewati tanah berpasir halus dan berasap belerang. Terkadang tanah tersebut terasa hangat. Resiko keracunan belerang/ H2S bisa saja terjadi. Jadi ada baiknya menyiapkan masker, dan berjalan cepat dan tegak, untuk mengurangi resiko. Karena H2S lebih berat dari udara/ berada di dekat tanah. Waktu tempuh dari Pos V hingga bibir kawah ini adalah sekitar 2 jam

Bibir Kawah Barat Laut – Puncak Barat/Tower Barat (3220m dpl)
Jalan setapaknya mengelilingi kawah, diperlukan konsentari ektra di jalur ini. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam.

Puncak Barat/Tower Barat – Puncak Timur/Puncak sejati 3428m dpl
Jalan setapaknya turun kearah kawah pasir dan kemudian naik kembali menuju puncak sejatinya. Waktu tempuhnya sekitar kurang lebih satu jam.

Pada jalur pendakian Guci ini tidak terdapat sumber air di setiap posnya, dan pos yang ada bangunan shelternya hanya di Pondok Edelweiss


Baca lebih lanjut »