Kebanyakan orang yang belum pernah mempraktekkan ilmu Survival dalam sebuah skenario nyata dengan menempatkan diri di hutan dan bertahan hidup dengan memanfaatkan sumber sumber yang ada di hutan selama beberapa hari atau minggu, selalu memilih memburu hewan hewan besar sebagai sumber makanan dengan logika bahwa mereka akan memiliki stock makanan yang banyak. Padahal kenyataannya untuk menangkap hewan hewan besar membutuhkan usaha yang besar pula, dan tidaklah mudah serta menguras energi. Kita harus mencari jalur lintasan hewan tersebut dan mempelajari jejaknya untuk mengetahui jenis dan ukuran hewan tersebut agar dapat memasang jerat dnegan ukuran yang sesuai, belum lagi saat sudah terjerat kita perlu usaha melumpuhkan atau membunuhnya untuk melepaskannya dari jerat, masih lagi harus menyembelih, menguliti, membersihkan dan memotong motong, memasaknya dan tentunya sisa dagingnya harus kita awetkan yang memaksa kita harus membuat sistem pengawetan yang memakan waktu paling tidak 3×24 jam. Tentu ini bukan pekerjaan mudah dan ringan, kalau ga percaya tanya sama tukang jagal hewan. Untuk menyembelih, menguliti dan membersihkan 1 ekor kambing saja itu sudah menguras energi dan seringkali usaha mendapatkan hewan besar sudah membuang energi banyak namun berakhir dengan sia sia. Berburu dalam situasi survival sangat berbeda kondisinya dengan berburu yang dilakukan suku suku pedalaman ataupun para pemburu yang membawa perlengkapan dan senjata lengkap.
Namun bagi mereka yang sudah benar benar pernah mempraktekkan ilmu survival dalam skenario yang nyata, mereka akan menemukan fakta bahwa lebih mudah menangkap hewan kecil seperti unggas dan serangga daripada berburu hewan besar. Sebab unggas dan serangga ada di semua bagian hutan dan mudah menangkapnya. Ingat dalam keadaan Survival kita harus menerapkan prinsip pedagang dalam urusan energi, kalori dan protein. Setiap usaha harus menghasilkan keuntungan, artinya hasil yang di dapat harus lebih besar dari yang modal yang di keluarkan. Meminjam istilah Om Hidayat Ashari, “Survival Is A Game Of Calorie”. Prinsip pedagang ini harus anda terapkan dengan ketat.
Bicara tentang serangga tentunya banyak orang merasa jijik bahkan sampai ketakutan.. Apalagi jika harus memakannya.. Namun dalam situasi Survival anda boleh memilih mempertahankan rasa jijik dan takut anda dengan konsekwensi tidak mendapatkan kalori dan protein untuk tubuh anda atau membuang jauh jauh rasa jijik dan takut anda demi mencukupi kebutuhan kalori dan protein bagi tubuh anda.
Sebenarnya serangga sudah menjadi makanan pokok di suku suku pedalaman dan dewasa ini di beberapa negara masakan berbahan baku serangga sudah menjadi menu normal bahkan menjadi menu mewah yang disajikan di restoran restoran lux dengan harga aduhai.
Saya sendiri juga awalnya merasa jijik (beruntung saya tidak merasa takut dengan serangga), namun demi memberi pengalaman pada diri dalam menghadapi situasi Survival maka saya memaksa diri untuk mencicipi menus serangga. Sudah banyak jenis serangga saya makan baik mentah maupun digoreng. Ternyata rasanya banyak yang enak. Sehingga akhirnya saya malah jadi suka. Untungnya lagi saya ngga ada alergi terhadap menu serangga.
Dalam situasi Survival, ada beberapa patokan dalam memilih jenis serangga yang akan kita makan, yaitu sebagai berikut
1. Hindari serangga yang berwarna mencolok. Warna mencolok di alam liar bisa berarti peringatan untuk hewan lainnya agar menjauh. Artinya serangga serangga berwarna mencolok ini mungkin memiliki senjata rahasia yang mematikan untuk pertahan dirinya.
2. Hindari serangga berbulu, karena umumnya bulu bulu ini mengandung racun yang membuat gatal serta bengkak yang sangat tidak nyaman
3. Hindari serangga yang berbau tidak sedap. Bau juga merupakan tanda bahwa serangga ini mengeluarkan atau menyemprotkan cairan yang digunakan untuk pertahanan diri.
4. Walaupun beberapa jenis serangga bisa dimakan mentah, namun sebisa mungkin masaklah dahulu sebelum di konsumsi karena beberapa jenis serangga memiliki parasit. Selain itu dengan memasak rasanya juga jauh lebih enak, juga membuat pikiran kita lebih nyaman karena tidak ada cairan yang muncrat saat kita menggigitnya.
5. Hindari serangga yang memakan tumbuhan beracun. Beberapa jenis keong dan siput memakan tumbuhan beracun, walaupun dagingnya aman untuk dimakan namun kandungan racun dalam sistem pencernaan mereka bisa menyebakan masalah buat tubuh kita, untuk amannya maka sebaiknya di hindari. Namun jika memang itu yang ada untuk di makan maka anda bisa menggunakan trik untuk menguras isi perut mereka dengan cara mengumpulkannya dan di biarkan kelaparan beberapa hari atau kumpulkan dan beri mereka makanan daun daun yang tidak beracun.
Manusia bisa bertahan selama lebih dari tiga minggu tanpa makanan. Bahkan makanan merupakan prioritas survival yang terakhir, Lebih kita mengutamakan membuat shelter, mengumpulkan air dan membuat api. Menjadi seorang Survivor, selalu carilah sumber makanan yang mudah, walaupun itu kadang menjijikkan. Mengumpulkan makanan dalam skenario Survival seringkali kita harus mengumpulkan dari beberapa jenis sumber makanan dan serangga adalah salah satu pilihan terbaik. Jangkrik goreng, Larva kumbang kelapa goreng, Ulat Sagu goreng, Belalang goreng, kepompong ulat jati, ulat pisang, pepes lebah madu adalah menu serangga favorit saya. Selamat menikmati..
Bagikan di facebook
0 komentar
Post a Comment